SUPERVISI DALAM
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)Oleh:
Syarifuddin, M. Fajri,
بِسم الله الر حمن الرحيم
PENDAHULUAN.
Pada dasarnya supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,yang
mana telah dikemukakan oleh ngalim purwanto yaitu supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimipin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimipinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan[1].
Secara bahasa, Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran. Stoner mengemukakan tentang manajemen yaitu, manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan.[2]
Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah
lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberikan
pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses
pengajaran atau pembelajaran[3].
Dari kedua pernyataan di atas
supervisi dalam manajemen berbasis sekolah (mbs) dapat di artikan bahwa bagai
mana kenerja para personel dalam menggunakan sumberdaya, dan asas dalam satu
tujuan pendidikan agar tujuan pendidikan lebih efesian dan efektif.
PEMBAHASAN.
A.
Pengertian.
Supervisi
secara etimologi berasal dari kata “super”dan “visi” yang mengandung arti
melihat dan meninjau dari atas dan menilai yang dilakukan oleh pihak terhadap
aktivitas, kreativitas, dan kenerja bawahan[4]. Istilah yang hampir sama dengan supervisi,
yaitu pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar
pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan maksudnya untuk
melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi
itu digunakan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau kesalahan yang perlu
diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Dalam MBS, supervisi ditekankan pada
pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di
sekolah dalam melaksanakan tugas.
Dalam Carter
Good’s Dictionary of Education, dikemukakan definisi supervisi sebagai
berikut:
Segala usaha
pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi
pengajaran[5].
Sutisna mendeskripsikan supervisi sebagai
bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang disediakan untuk membantu para guru
dalam menjalankan pekerjaan agar lebih baik. Menurut Wiles, supervisi yang baik
hendaknya mengembangkan kepemimpinan dalam kelompok, membangun program satu
tahun dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan guru dalam
menilai hasil pekerjaannya. Sahertian mengartikan supervise sebagai usaha
mengawali, mengarahkan, menkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan
guru baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan
lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi
dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu sehingga dapat lebih
cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern[6].
pada dasarnya
supervisi mempunyai beberapa kegiatan diantarannya pembinaan yang kontinu,
pengembangan kemampuan professional personal, perbaikan situasi belajar
mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan
pribadi peserta didik (siswa)[7].dalam
kata lain makana supervisi adalah peroses pelayanan yang bertujuan membina
guru-guru, dan mengembangkan kemampuan yang di miliki seorang guru agar guru
tersebut menjadi guru yang profesional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu
strategi wajib yang Indonesia tetapkan sebagai standar dalam
mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan ini dituangkan
dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan
pendidikan. pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
MBS merupakan model aplikasi manajemen institusional yang
mengintegrasikan seluruh sumber internal dan eksternal dengan
lebih menekankan pada pentingnya menetapkan kebijakan melalui perluasan
otonomi sekolah. Sasarannya adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan. Spesifikasinya berkenaan
dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam pengembangan kebijakan dan
perencanaan.
MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik. Hal
ini berarti meningkatkan pencapaian tujuan melalui pengerahan sumber daya
internal dan eksternal. Menurut Thomas Wheelen dan J. David Hunger (1995),
empat langkah utama dalam menerapkan perencanaan strategik yaitu (1) memindai
lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan strategi yang
meliputi perumusan visi-misi, tujuan organisasi, strategi, dan kebijakan (3) implementasi
strategi meliputi penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan penetapan
prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja[8].
MBS merupakan salah satu strategik meningkatkan keunggulan
sekolah dalam mencapai tujuan melalui usaha mengintegrasikan seluruh kekuatan
internal dan eksternal. Pengintegrasian sumber daya dilakukan sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi atau kontrol. Strategi
penerapannya dikembangkan dengan didasari asas keterbukaan informasi atau
transparansi, meningkatkan partisipasi, kolaborasi, dan akuntabilitas.
Tantangan praktisnya adalah bagaimana sekolah meningkatkan
efektivitas kinerja secara kolaboratif melalui pembagian tugas yang jelas
antara sekolah dan orang tua siswa yang didukung dengan sistem distribusi
informasi, menghimpun informasi dan memilih banyak alternatif gagasan dari
banyak pihak untuk mengembangkan mutu kebijakan melalui keputusan
bersama. Pelaksanaannya selalu berlandaskan usaha meningkatkan
partisipasi dan kolaborasi pada perencanaan, pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
meningkatkan penjaminan mutu sehingga pelayanan sekolah dapat memenuhi kepuasan
konsumen.
Dalam menunjang keberhasilannya, MBS memerlukan banyak waktu
dan tenaga yang diperlukan pihak eksternal untuk terlibat dalam banyak
aktivitas sekolah. Hal ini menjadi salah satu kendala. Tingkat pemahaman
orang tua tentang bagaimana seharusnya berperan juga menjadi kendala lain
sehingga partisipasi dan kolaborasi orang tua sulit diwujudkan. Karena itu,
pada tahap awal penerapan MBS di Indonesia lebih berkonsentrasi pada bagaimana
orang tua berpartisipasi secara finansial dibandingkan pada aspek eduktif.
Dari pernyatan-pernyataan di atas bahwa
supervisi dalam manajemen berbasis sekolah ialah bagai mana pihak-pihak atau
oknum yang bertanggung jawab bagi terwujudnya suatu tujuan pendidikian, maka
dari itu suatu pihak harus membina menjalankan sterategi-sterategi dalam hal
belajar mengajar baik itu meningkatkan kemampuan guru/ personil dan kemampuan
siswa di suatu lembaga pendidikan maka MBS perlu di terapkan.
Tujuan dan fungsi
Tujuan supervisi adalah membantu dan memberikan
kemudahan kepada para guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan
mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Sementara Ametembun
mengungkapkan bahwa tujuan supervisi[9]
adalah :
a.
Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk
lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam
merealisasikan tujuan tersebut.
b.
Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang lebih
efektif.
c.
Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan
diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan
belajar mengajar serta menolong mereka merencanakan perbaikan.
d.
Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru
serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif
serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.
e.
Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan
motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam
profesinya,
f.
Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan
pengembangan program pendidikan disekolah kepada masyarakat.
g.
Melindungi orang-orang yang disupervisi
terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat
dari masyarakat.
h.
Membantu kepala sekolah dan guru dalam
mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta
didik.
i.
Mengembangkan Rasa persatuan dan kesatuan
(kolegiatas) di antara guru.
Setiap supervisor pendidikan harus memahami dan
mampu melaksanakan supervisi sesuai fungsi dan tugas pokoknya baik yang
menyangkut penelitian, penilaian, perbaikan maupun pengembangan[10].
Penelitian merupakan
kegiatan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang situasi
pendidikan yang akhirnya diperoleh data dan info sebagai dasar untuk
menganalisis, hasil analisisnya dan
kesimpulan digunakan sebagai bahan pertimbangan.
Penilaian adalah tindak
lanjut untuk mengetahui hasil penelitian lebih jauh, untuk mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi situasi pendidikan dan pengajaran yang telah
diteliti sebelumnya.
Perbaikan merupakan hasil
penilaian dan penelitian. Tugas supervisor dalam hal ini adalah mencari jalan
pemecahan, mengarahkan perbaikan, meningkatkan keadaan, dan melakukan
penyempurnaan.
Pengembangan adalah upaya
untuk senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang sudah baik yang
ditemukan dari hasil penelitian dan penilaian dengan memelihara, menjaga, dan
meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai supaya kondisi dan situasi tersebut
tidak mengalami penurunan, tetapi akan lebih baik dan meningkat, baik secara
secara kuantitas maupun kualitas pelaksanaan secara simultan, konsisten, dan
kontinyu. Gwyn (dalam Mulyasa,2009:159) merumuskan 10 tugas utama supervisor:
1.
Membantu guru
mengerti dan memahami peserta didik
2.
Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik
secara individual maupun secara bersama-sama.
3.
Membantu seluruh staf sekolah agar lebih
efektif dalam melaksanakan proses belajar mengajar .
4.
Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang
efektif.
5.
Membantu guru secara individual.
6.
Membantu guru agar dapat menilai peserta didik
lebih baik.
7.
Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan
pekerjaannya.
8.
Membantu guru agar merasa bergairah dalm
pekerjaannya dengan penuh rasa aman.
9.
Membantu guru dalam melaksanakan kurikulumdi
sekolah.
10.
Membantu guru agar dapat memberikan info yang
seluas-luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.
Teknik Supervisi
a.
Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan
observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang peroses
belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan, maupun
kekurangan dan kelemahannya.[11] Kepala
sekolah mengamati langsung guru saat melaksanakan tugas, mengajar, penggunaan
alat, metode, teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor yang
mempengaruhi. Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa
memberitahu guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b.
Pembicaraan
individual
Merupakan alat
supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat
bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c.
Diskusi
kelompok / pertemuan kelompok
Merupakan
kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi
lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang
masalah bersama. Kegiatan diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui rapat
sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu.
d.
Demonstrasi mengajar
Proses belajar
mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki kemampuan dalam
hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.
Tujuannya member contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar mengajar
yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media
pembelajaran.
e.
Perpustakaan
professional
Ciri
professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus dalam
rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya merupakan
kelompok “reading people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar yang
menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup.
Selain
teknik-teknik diatas, ada teknik lain yang bisa digunakan antara lain program
orientasi, lokakarya, bulletin supervise, penelitian tindakan (action
research), pengembangan kurikulum, rapat guru, bahkan penilaian diri sendiri
berkaiatan dengan pelaksanaan tugas oleh para guru.
MBS bertujuan untuk meningkatkan keunggulan
sekolah melalui pengambilan keputusan bersama. Fokus kajiannya adalah bagaimana
memberikan pelayanan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, memenuhi
kriteria yang sesuai dengan harapan orang tua siswa serta harapan sekolah dalam
membangun keunggulan kompetitif dengan sekolah sejenis.
Tujuan MBS adalah meningkatkan mutu keputusan
untuk mencapai tujuan. Oleh karena, dalam pelaksanaan MBS memerlukan tujuan
yang hendak dicapai secara jelas, jelas indikatornya, jelas kriteria
pencapaiannya agar keputusan lebih terarah.
Lebih dari itu dengan proses pengambilan
keputusan bersama harus sesuai dengan kepentingan siswa belajar. Dilihat
dari sisi standardisasi, maka penerapan MBS berarti meningkatkan standar
kinerja belajar siswa melalu pengambilan keputusan bersama, meningkatkan
partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, dan meningkatkan kontrol dan evaluasi
agar lebih akuntabel. Menyepakati profil hasil belajar yang diharapkan
bersama merupakan dasar penting dalam melaksanakan MBS.
Partisipasi seluruh pemangku kepentingan
berarti meningkatkan daya dukung bersama untuk meningkatkan mutu lulusan
melalui peningkatan mutu pelayanan belajar dengan standar yang sesuai dengan
harapan orang tua siswa yang ditetapkan menjadi target sekolah.
Jadi tujuan utama dari supervisi dalam
manajemen berbasis sekolah ialah upaya meningkatkan kemampuan personil lembaga
pendidikan bagi kemajuan sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.
Setelah kita mengetahui bersama tentang tujuan supervisi dan MBS
timbulah suatu pertanyaan sudahkah di Indonesia menerapkan manajemen berbasis
sekolah? Jadi mengenai jawaban tersebut dapat kita lihat dari pernyataan
didalam buku nurkolis (2003:21) yang mana isi pernyataannya manajemen berbasis
sekolah diterapkan di Indonesia dengan mengunakan model MPMBS[12] (manajemen
penigkatan mutu berbasis sekolah) dan dengan berbagai alasan[13]
di antaranya:
pertama
sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia
untuk memajukan sekolahnya. Kedua sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
Ketiga keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam mengambil
keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
Menurut bank dunia, memeberikan beberapa alasan mengenai
diterapkannya MBS antara lain alasan ekonomis, politis, profesional, efesiensi
administerasi, financial, perestasi siswa, akuntabilitas, dan efektifitas
sekolah[14].
Alasan profesional bahwa tenaga kerja sekolah harus berpengalaman
dan memiliki keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yang paling sesuai
untuk sekolah terutama untuk para siswa. Tenaga kerja yang perofesional juga
dapat memberikan sumbangan pengetahuan kependidikannya yang berkaitan dengan
kurikulum, pedagogi, pembelajaran, dan peroses manajemen sekolah[15].
Penerapan MBS juga untuk mewujudkan sekolah efektif. Winkler dan
Gershberg (1999) mengajukan hipotesis bahwa komponen kunci sekolah efektif
dipengaruhi oleh implimentasi MBS. Mereka mengeksplorasi bagaimana MBS mengarah
kepada peningkatan karakteristik kunci sekolah efektif yang meliputi
kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang
terampil dan memiliki komitmen, meningkatkan fokus pada pembelajaran, dan rasa
tanggung jawab terhadap hasil[16].
Tujuan
penerapan MBS untuk meningkatkan
kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran,
kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga
kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum.[17] Bagi
sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatnya pengetahuan
dan ketrampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraanya pula.
Salah satu keunggulan MBS adalah adanya pengakuan kemampuan dan
eksistensi sumber daya manusia disekolah.pengakuan tersebut dapat meningkatkan
moralitas sumber daya manusianya sehingga timbullah suatu kepercayaan pada diri
mereka[18].
Suatu kelompok kerja yang terdiri dari Asosiasi Administrator
sekolah Amerika (The American Association of School Administration) Asosiasi
Nasional Kepala Sekolah Pendidikan Dasar (The National Association of Elementary
School Principal) dan Asosiasi nasional kepala pendidikan menengah (The
National Association of Secondary School principal) yang menagdakan pertemuan
pada tahun 1988 mengidentifikasikan
bahwa penerapan MBS memiliki beberapa keuntungan[19].
Keuntungan – keuntungan tersebut adalah: pertama secara
formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang berkerja di
sekolah. Kedua meningkatkan moral guru. Ketiga keputusan yang
diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas. Keempat menyesuaikan sumber
keuangan terhadap tujuan instruksional yang dikembangkan di sekolah. Kelima menstimulasi
munculnya pemimpin baru di sekolah. Keenam meningkatkan kualitas,
kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas sekolah dalam rangka
mencapai kebutuhan sekolah.
Pendapat lain mengemukakan bahwa penerapan MBS memberikan keuntungan yang
lebih besar. Yaitu: pertama memungkinkan orang-orang yang kompeten
disekolah untuk mengambil keputusan yang dapat memperbaiki pembelajaran. Kedua
memberikan kesempatan kepada seluruh komunitas sekolah dalam mengambil
keputusan utama. Ketiga memfokuskan pada akuntabilitas keputusan. Keempat
mengarahkan kepada kreativitas dalam mendesain program. Kelima, mengarahkan
ulang sumberdaya guna mendukung tercapainya tujuan yang dikembangkan oleh
masing-masing sekolah.keenam mengarahkan pada keuangan yang realistic
karena orang tua dan guru semangkin menyadari setatus keuangan sekolah.
Sementara itu, menurut departemen pendidikan Nasional RI, tujuan
MBS dengan model MPMBS adalah pertama meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia. Kedua meningkatkan kepedulian warga sekolah
dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama. Ketiga meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya. Keempat
meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tenteng mutu pendidikan
yang akan di capai[20].
Strategi Implementasi MBS
MBS merupakan
strategi peningkatan kualitas pendidikan melalui otoritas pengambilan keputusan
dari pemerintah daerah ke sekolah. Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai unit
dasar pengembangan yang bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan
keputusan di dalamnya terkandung desentralisasi kewenangan yang diberikan
kepada sekolah untuk membuatkeputusan.
Dengan
demikian pada hakekatnya MBS merupakan desentralisasi kewenangan yang memandang
Sekolah secara individual. Sebagai bentuk alternative Sekolah dalam program
desentralisasi bidang pendidikan, maka otonomi diberikan agar Sekolah dapat
leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan disamping agar Sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Merupakan suatu
model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada Sekolah dan
mendorong Sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam memenuhi kebutuhan mutu Sekolah atau untuk mencapai sasaran mutu Sekolah.
Keputusan partisipatif yang dimaksud adalah cara pengambilan keputusan melalui
penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga Sekolah (guru,
siswa, karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat
langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkonstribusi terhadap pencapaian
tujuan Sekolah.
MBS menyediakan
layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
Sekolah setempat. Karena siswa biasanya datang dari berbagai latar belakang
kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian Sekolah harus ditujukan pada
asas pemerataan (peluang yang sama untuk memperoleh kesempatan dalam bidang
sosial, ekonomi, dan politik) Di lain pihak, Sekolah juga harus meningkatkan
efisiensi, partisipasi, dan mutu serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan
pemerintah. Ciri-ciri MBS, bisa diketahui antara lain dari sudut sejauh mana
Sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan manajemen Sekolah, terutama dalam
pemberdayaan sumber daya yang ada menyangkut Sumber Daya Kepala, Sekolah dan
Guru, partisipasi masyarakat, pendapatan daerah dan orang tua.
Impelementasi MBS di Indonesia perlu didukung oleh perubahan
mendasar dalam kebijakan pengelolaan Sekolah, dengan memperhatikan iklim
lembaga yang kondusif, otonomi Sekolah, kewajiban Sekolah,kepemimpinan kepala
Sekolah yang demokratis dan professional, serta partisipasi masyarakat dan
orangtua peserta didik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan,pengawasan pendidikan di Sekolah.
KESIMPULAN
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa supervisi
dalam manajemen berbasis sekolah adalah upaya personil mewujudkan seterategi
belajar mengajar dengan baik dan menghasilkan pembelajaran yang efesien dan
efektif maka sterategi manajemen berbasis sekolah harus diterapkan oleh
supervisor guna meningkatkan keunggulan suatu lembaga sekolah tersebut.
Didalam penerapan MBS diperlukan kepemimpinan yang
efektif,pengambilan keputusan yang efektif, pembentukan budaya sekolah yang
kuat, perubahan individu, perubahan lingkungan kerja, perubahan organisasi dan pengembangan
organisasi sekolah.
Implementasi MBS di Indonesia memberikan gambaran sejauh mana
masing-masing pihak telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan MBS, kekuatan
dan kelemahan, dan peluang serta ancamannya. Selain itu untuk mengukur
keberhasilan MBS harus dilihat dari perspektif yang lebih luas baik prestasi
akademik maupun non akademik siswa, kualitas dan kuantitas layanan
pendidikan,efesiensi, efektifitas dan peroduktifitas penyelenggaraan
pendidikan, kondisi dan kualitas kerja guru dan staf dalam menjalankan
pekerjaannya disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
M.ngalim
purwanto, administerasi dan supervise pendidikan, BANDUNG: PT. Remaja
Rosdakarya,1987
E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah (konsep,strategi dan
implementasi), BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, 2002
Nurkolis. Manajemen Berbasis
Sekolah, JAKARTA : PT. Grasindo, 2003
Hani Handoko, manajemen
,YOGYAKARTA :BPFE 1986,
[1] Lihat :M.ngalim
purwanto, administerasi dan supervise pendidikan, BANDUNG: PT. Remaja
Rosdakarya,1987.hal 76.
[2]
Lihat: Hani Handoko, manajemen ,YOGYAKARTA :BPFE 1986, hal 8.
[4]
Lihat: E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah (konsep,strategi dan
implementasi), BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, 2002 hal, 155
[6]
Lihat: E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah (konsep,strategi dan
implementasi), BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, 2002 hal,155-156
[8] http://gurupembaharu.com/home/?p=1212
[9] Lihat: E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah (konsep,strategi
dan implementasi), BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, 2002 hal 157.
[11] Lihat: E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah (konsep,strategi
dan implementasi), BANDUNG: PT Remaja Rosdakarya, 2002 hal,160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar