Senin, 25 Juni 2012

Learning Society


PENDAHULUAN
Di dalam GBHN 1978  di nyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan di laksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan.[1]
Sementara itu, di dalam GBHN 1993 dinyatakan pula, bahwa Pendidikan Nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi, baik antara berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan maupun antara sector pendidikan dengan sector pembangun lainnya serta antar daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup.
Asaz pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan Suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara  informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan  dan dalam kehidupan masyarakat.
A.      Konsep Learning Society dan Pendidikan Seumur Hidup
Istilah learning society menunjuk pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya. Dalam hubungan ini, bukan lagi warga masyarakat yang ditarik-tarik atau malah digiring-giring untuk mengikuti pendidikan pada sesuatu lembaga resmi (sekolah atau kursus-kursus), akan tetapi setiap warga masyarakat yang gemar belajar secara sadar melakukan aktifitas belajar individual-mandiri. Aktifitas belajar individual-mandiri tersebut bukan hanya dengan cara membaca buku, majalah atau surat kabar, mendengar radio atau menyaksikan tv, akan tetapi ada kesengajaan dengan penuh kesadaran untuk memburu pengetahuan, keterampilan dan pandangan-pandangan hidup dari mana pun, dari siapa pun, dari apa pun, kapan pun, bisa jadi di tempat kerja, di organisasi profesi, dikelompok-kelompok keagamaan, di organisasi-organisasi kemasyarakatan dan sebagainya.[2]
Untuk dapat memahami hakikat pendidikan seumur hidup, kita harus paham lebih dahulu hakikat hakikat pendidikan dan hakikat belajar. Sebab belajar adalah sebagai inti kegiatan pendidikan, baik didalam maupun diluar sekolah. belajar pada  hakikatnya adalah usaha individu untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru, baik secara formal maupun nonformal, secara teratur maupun tidak, agar dia mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sehingga sukses dalam hidupnya.
Proses pendidikan adalah usaha untuk mempengaruhi proses belajar, baik secara sistematis maupun tidak, baik secara formal, informal maupun nonformal. Menurut Owen Watts mengartikan proses pendidikan itu identik dengan proses belajar. Bertitik tolak dari hakikat proses pendidikan dan proses belajar diatas, maka pendidikan tidak dipandang sebagai persiapan untuk hidup didalam masyarakat yang berlangsung hanya sementara, melainkan pendidikan itu sendiri merupakan bagian dari pada hidup manusia. Karena itu proses pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu sejak manusia lahir sampai meninggal dunia dan berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun dilingkungan pekerjaan. Dengan demikian dapat kita mengerti bahwa sekolah hanyalah merupakan salah satu sumber pendidikan dalam pendidikan seumur hidup. Jadi, pendidikan erat sekali hubungannya dengan belajar, belajar adalah suatu proses dan melalui proses ini terjadi pendidikan.[3]
Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalagi bagi umat Islam, jauh sebelum orang-orang Barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh hadis Nabi Muhammad yang berbunyi :

“Tuntutlah Ilmu dari buayan sampai meninggal dunia”
Konsep tersebut menjadi actual kembali terutama dengan terbitnya buku An Introduction to Lifelong Education, pada tahun 1970 karya Paul Lengrand yang dikembangkan lebih lanjut oleh UNESCO.[4]
Asaz pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan Suatu proses kontinu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.[5] Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara  informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan  dan dalam kehidupan masyarakat.
Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR No. IV/ MPR/ 19733jo. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 Tentang GBHN), bab IV bagian pendidikan nomor d. yang berbunyi sebagai berikut :
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Berdasarkan ketetapan ini, maka pendidikan seumur hidup di Negara kita menjadi landasan (asas) pelaksanaan pendidikan nasional yang wajib dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pendidikan.[6]
Adapun tujuan untuk pensisikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut:
1.        Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar.[7]
2.        Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
Di dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, penegasan tentang pendidikan seumur hidup dikemukakan dalam pasal 10 ayat (1)  yang berbunyi: “Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melelui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah”. Pendidikan luar seklolah dalam hal ini termasuk di dalamnya pendidikan keluarga.  mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketermpilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarganya yang bersangkutan.
Sementara itu pada pasal 26, dinyatakan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing. Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah.

B.       Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
Cukup banyak dasar-dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education sangat penting. Gagasan pendidikan seumur hidup ini didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain :
a.       Pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses yang berlangsung selama hidup seseorang. Proes ini berlangsung terus, baik direncanakan, dipersiapkan atau tidak.
b.      Banyak anak-anak atau generasi muda yang gagal mengikuti pendidikan formal disekolah. Misalnya karena tidak mempunyai biaya atau kemampuan kecerdasan kurang, selain itu ada pula anak-anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran disekolah sehingga mereka tidak naik kelas, tidak lulus atau drop out. Anak-anak ini dianggap tidak berguna lalu tidak diperhatikan lagi. Padahal mereka masih memiliki potensi-potensi lain yang sangat berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat yang perlu untuk dikembangkan.
c.       Sekolah formal sudah tidak mampu lagi menampung anak-anak usia sekolah untuk mengikuti pendidikan. Akibatnya makin banyak anggota masyarakat dan anak-anak yang tidak pernah merasakan pendidikan di sekolah. mereka tidak mungkin dibiarkan dalam kebodohan dan keterbelakangan. Mereka perlu ditolong agar dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangungan Negara.
Atas dasar pertimbangan itu, maka menerima dan menerapkan konsep pendidikan seumur hidup bagi bangsa Indonesia dalam system pendidikan nasional mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaannya, tidak mungkin pendidikan tidak formal berdiri lepas dari pendidikan formal. Keduanya perlu ada integrasi. Untuk itu perlu disusun system pendidikan yang baru, yang dapat melayani baik pendidikan formal maupun tidak formal.[8]
Dasar-dasar pemikiran tersebut di tinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai  berikut:
1.        Tinjauan Ideologis
Pendidikan seumur hidup atau long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya sesuai dngan kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterlampilannya (skill).[9]
Istilah  life long education menunjuk pada suatu kenyataan, suatu kesadaran baru, bahwa proses pendidikan dan kebutuhan pendidikan berlangsung di sepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah terlambat, terlalu tua, terlalu dini untuk belajar sebab ia memang berlangsung dan dapat secara sengaja diarahkan dan diintensifkan disepanjang hidup manusia. Pendidikan bukanlah terbatas pada waktu-waktu tertentu, dan juga tidak terbatas pada kotak-kotak tingkat dan dinding-dinding kelas tertentu.[10]
Kenyataan berlangsungnya pendidikan disepanjang hayat jelas terjadi dan dirasakan oleh setiap orang. Pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada perlunya aktivitas individual-mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru dan pemikiran-pemikiran baru, kapanpun dan dimana pun.[11]
2.        Tinjauan Ekonomis
Pendidikan merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang menyerat kepada kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini memungkinkan seseorang untuk:
a.       Meningkatkan produktifitasnya
b.      Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c.       Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan
d.      Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya.
3.        Tinjauan Sosiologis
Pada umumnya di negara-negara sedang berkembang ditemukan masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, anak-anak mereka yang kurang mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah, dan atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup kepada orang tua akan merupakan solusi dari masalah tersebut.
4.        Tinjauan Filosofis
Negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya hak memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, DPD, dan sebagainya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Hal ini menjadi tugas pendidikan seumur hidup.
5.        Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang terjadi di Negara-negara maju. Seperti terlihat pada perkembangan dan menjamurnya usaha-usaha penerbit,dan larisnya pelajaran bahasa yang diprogramkan melalui kaset, berkembangnya peminat mengikuti pelajaran yang disiarkan melalui radio atau TV, berkembangnya kursus-kursus tertulis, ramainya pengunjung di perpustakaan umum dan sebagainya.[12]  Bila hal ini tidak dilakukan, maka kita akan senantiasa tertinggal sebab bagaimanapun orang tidak bisa menutup diri terhadap segala kemajuan yang melandanya.   
6.        Tinjauan Psikologi dan Paedagogis
Perkembangan iptek yang sangat pesat punya dampak dan pengaruh besar terhadap berbagai konsep, teknik, dan metode pendidikan. Disamping itu perkembangan tersebut juga semakin luas, dalam, dan kompleks. Yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik disekolah.
Oleh sebab itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara balajar, menanamkan cara belajar,menanamkan motifasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dengan masyarakat yang cendrung berubah secara cepat. Berkenaan itulah, perlu diciptakan satu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau life long education.[13]
Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dari berbagai aspek dan pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisasi untuk belajar di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu dengan tujuan untuk menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya,  memperoleh skill yang baru, untuk meningkatkan keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk pengembangan kepribadian.
Dalam kerangka ini, pendidikan pada umumnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
C.      Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program-program Pendidikan
Implikasi disini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di mayarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi.[14]
Disamping itu juga berimplikasi kepada perlunya pemerintah dan masyarakat mengembangkan berbagai layanan pendidikan yang bisa menjawab aneka ragam latar belakang (usia, pekerjaan, tingkat pengetahuan, minat, bakat, kesempatan dan sebagainya). Program layanan pendidikan tersebut bisa menyentuh berbagai bidang dan berbagai tingkatan kualifikasi, bisa didalam dan diluar sekolah, bisa berjangka pendek dan berjangka panjang, bisa formal, non formal atau in-formal, dan bisa melayani berbagai usia.[15]
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, sebagai mana yang dikemukakan oleh ananda W.P. Guruge dalam bukunya  Toward better education management, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut.
1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup karena relevansinya dengan kondisi yang ada pada Negara-negara berkembang dengan alasan masih banyaknya penduduk yang buta huruf, melainkan juga sangat penting ditinjau dari implementasinya. Bahkan di Negara yang sudah maju sekalipun dimana radio, film, tv, komputur sampai internet telah menantang ketergantungan orang akan bahan-bahan bacaan, namun membaca masih merupakan cara yang paling mudah dan praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan pengetahuan.
Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 perlu meningkatkan partisipasi pendidikan oleh semua lapisan masyarakat. Upaya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) sebagai salah satu kelompok masyarakat yang bergerak dibidang penerbitan buku untuk menyelenggarakan Pameran Buku Indonesia, upaya ini patut didukung. Sebab pameran ini selain memberikan informasi buku-buku mutakhir mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di lain pihak adalah upaya meningkatkan keakraban masyarakat dengan buku, dimana buku menjadi kebutuhan yang memberikan inspirasi dan motivasi kehidupan yang lebih berkualitas.[16] Sehingga pendidikan baca tulis semakin di gemari oleh masyarakat luas.
Program baca tulis fungsional harus dimasukan dalam konsepsi pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Maksudnya adalah member kesempatan kepada rakyat jelata, rakyat kecil atau para petani yang tidak dapat membaca maupun menulis demean cara menyediakan bahan-bahan bacaan yang menantang mereka untuk terus meningkatkan pengetahuannya. Karena itu program baca tulis fungsional harus memuat dua hal yaitu, memberikan kecakapan membaca, menulis dan berhitung yang fungsional bagi anak didik dan menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.[17]     
2.    Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka apprentice ship training,  merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasional itu tetap dilaksanakan secara kontinu.
3.        Pendidikan Profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tip-tiap profesi hendaknya telah tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan professional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminology, dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
4.        Pendidikan kearah Perubahan dan Pembangunan
Diakui bahwa era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan iptek telah memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara memasak yang serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menuntut pendidikan yang berlangsung secara kontinu (life long education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan social dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.
5.        Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
6.        Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Senggang
Setiap orang diharapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat hidup, seni dan music bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya hidupnya, terutama segi pengalaman yang memungkinkannya untuk mengisi waktu senggangnya dengan  menyenangkan. Oleh karena itu pendidikan cultural dan pengisian waktu senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari life long education.  
Pendidikan seumur hidup menekankan kerja sama antara keluarga dan sekolah dalam menciptakan pengalaman pendidikan bersama. Para pendukung pendidikan seumur hidup menerima individualitas kebudayaan keluarga dan menempatkannya sebagai salah satu agen pendidikan dalam masyarakat.
Begitu juga  berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penerapan cara berfikir menurut asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik tentang cara belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motivator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar, sekolah sebagai pusat kegiatan belajar (learning centre) bagi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, dalam pandangan mengenai pendidikan seumur hidup, semua orang secara potensial merupakan anak didik.
D.      Sasaran Pendidikan Seumur Hidup
Semua orang secara potensial merupakan anak didik dalam berbagai tahap dalam perkembangannya. Sebab itu anak didik yang menjadi sasaran program pendidikan sangat luas dan bervariasi. Dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori sesuai dengan prioritas programnya.[18]
1.      Para Buruh dan Petani
Mereka adalah sasaran yang pertama, karena mereka pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh takhayul dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat kemajuan.
2.       Para remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan keterampilan memerlukan pendidikan vokasional yang khusus yang menarik, merangsang dan relevan dengan kebutuhan hidupnya. Para remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya misalnya menuinggalkan pendidikan disekolah karena tidak tertarik, bosan atau tidak melihat manfaat pendidikan sekolah bagi kehidupannya. Demi perkembangan pribadinya, mereka perlu diberi pendidikan cultural dan kegiatan-kegiatan yang rekreatif. Namun program yang terpenting bagi mereka ialah pendidikan yang bersifat remedial.
3.      Para pekerja yang berketerampilan
Karena mereka para pekerja yang berketerampilan, maka program pendidikan yang diberikan kepada mereka bersifat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki agar mereka dapat menghadapi tantangan-tantangan hari depan mereka.
Program yang diberikan pada mereka harus mengandung dua tujuan yaitu program itu harus mampu menyelamatkan mereka dari bahaya keusangan pengetahuan. Mereka perlu diberi latihan-latihan kembali untuk mendapatkan keterampilan baru dan program itu harus membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang dalam rangka promosi ke tingkat yang lebih baik.
4.      Para teknisi dan professional
Umumnya mereka telah memiliki kebiasaan dan motivasi yang kuat dalam self learning. Namun mereka tetap dan harus selalu memperbaharui dan menambah pengetahuan dan keterampilannya agar mereka tetap berperan dalam masyarakat. Mereka umumnya menduduki posisi penting dalam masyarakat. Maju dan tidaknya masyarakat banyak tergantung pada mereka. Karena itu program pendidikan seumur hidup bagi mereka sangat penting.
5.      Para pemimpin masyarakat
Para pemimpin masyarakat seperti tokoh agama, tokoh politik, tokoh organisasi social, dan sejenisnya harus mampu mensitensakan pengetahuan dari berbagai macam keahlian. Kemampuan mensintesakan itu tidak pernah diperoleh di sekolah biasa. Sebab itu program pendidikan untuk mencapai tujuan tersebut perlu diciptakan dan salah satu jalan adalah melalui pendidikan seumur hidup.
6.      Para anggota masyarakat yang sudah usia tua
Karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda. Padahal mereka jumlahnya makin lama makin banyak. Mereka juga memerlukan program pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup, terutama memberi kesempatan pada mereka untuk mengetahui apa yang belum diketahui pada usia muda.
KESIMPULAN
Belajar adalah sebagai inti kegiatan pendidikan, baik didalam maupun diluar sekolah. belajar pada  hakikatnya adalah usaha individu untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru, baik secara formal maupun nonformal, secara teratur maupun tidak, agar dia mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sehingga sukses dalam hidupnya.
Pendidikan tidak dipandang sebagai persiapan untuk hidup didalam masyarakat yang berlangsung hanya sementara, melainkan pendidikan itu sendiri merupakan bagian dari pada hidup manusia. Karena itu proses pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu sejak manusia lahir sampai meninggal dunia dan berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun dilingkungan pekerjaan. Dengan demikian dapat kita mengerti bahwa sekolah hanyalah merupakan salah satu sumber pendidikan dalam pendidikan seumur hidup. Jadi, pendidikan erat sekali hubungannya dengan belajar, belajar adalah suatu proses dan melalui proses ini terjadi pendidikan.
Learning society menunjuk pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya.
Untuk Indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara (TAP MPR No. IV/ MPR/ 19733jo. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 Tentang GBHN), bab IV bagian pendidikan nomor d. yang berbunyi sebagai berikut :
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Berdasarkan ketetapan ini, maka pendidikan seumur hidup di Negara kita menjadi landasan (asas) pelaksanaan pendidikan nasional yang wajib dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pendidikan.
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, sebagai mana yang dikemukakan oleh ananda W.P. Guruge dalam bukunya  Toward better education management, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut.
1.      Pendidikan Baca Tulis Fungsional
2.      Pendidikan Vokasional
3.      Pendidikan Profesional
4.      Pendidikan kearah Perubahan dan Pembangunan
5.      Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
6.      Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Senggang
Sasaran Pendidikan Seumur Hidup
1.      Para Buruh dan Petani
2.      Para remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
3.      Para pekerja yang berketerampilan
4.      Para teknisi dan professional
5.      Para pemimpin masyarakat
6.      Para anggota masyarakat yang sudah usia tua


[1] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Raja Grafindo, Jakarta: 2009. Hal, 63
[2] Drs. Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya: 1981.hal, 46
[3] Drs. Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 86
[4] UNESCO adalah singkatan dari United Nations Educational Scientific and Cultural, suatu badan dunia dari PBB yang bergerak dalam dunia pendidikan.
[5] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Raja Grafindo, Jakarta: 2009. Hal, 64
[6] Drs. Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 88
[7]Op.cit,  Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Raja Grafindo, Jakarta: 2009. Hal, 66
[8] Drs. Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 88
[9]Ibid,  Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 88
[10] Drs. Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya: 1981.hal, 47

[12] Ibid, Drs. Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya: 1981.hal,76
[13] Asbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Raja Grafindo, Jakarta: 2009. Hal, 69
[14] Ibid, Asbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Raja Grafindo, Jakarta: 2009. Hal70
[15] Drs. Sanapiah Faisal, Pendidikan Luar Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya: 1981. Hal, 47
[16] A. Malik Fadjar, Raja Grafindo, Jakarta: 2005, Hal, 265
[17] Drs. Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 90
[18] Drs. Madyo Ekosusilo dan Drs. R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, Effar Publishing, Semarang, 1993, hal. 92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar