Senin, 25 Juni 2012

hubungan antara adminstrasi dan supervise



BAB 1.PENDAHULUAN
                                   
Secara etimologi, “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata ad dan ministrate.        Kata  ad artinya intensif , sedangkan, ministrate artinya melayani, membantu,  atau mengarahkan. Jadi, pengertian administrasi adalah melayani secara intensif.[1]
Kata supervisi  berasal dari kata supervision secara morfologis kata supervisi  terdir i dari kata dasar super berarti atas, visi berarti  lihat. Jadi, supervisi secara morfologis berarti meldari atas. Memang personal yang melaksanakan supervisi mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada orang yang disupervisi.[2]
Secara bebas, dapat artikan bahwa administrasi merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subjek tertentu. Ada pula yang mendefinisikan administrasi sebagai suatu proses, organisasi, dan individu yang berhubungan dengan pelaksanaan visi dan misi suatu institusi atau lembaga tertentu.  Administrasi dipandang sebagai system yang terdiri   dari subsistem seperti tugas , fungsi organisasi, kepegawaian, ketatausahaan, material, dan lain-lain.
Administrasi pendidikan merupakan salah satu cabang dari ilmu administrasi pada umumnya. Para ahli pendidikan mulai menyadari bahwa meskipun prinsip-prinsip administrasi dalam berbagai lapangan memiliki kesamaan,  baik dalm proses maupun  tujuannya.
Demikianlah, administrasi pendidikan sebagai suatu ilmu tidak dapat disamakan begitu saja dengan administrasi bisnis, administrasi pemerintahan, ataupun administrasi militer.




BAB II. PEMBAHASAN

 2.1 Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan ilmu administrasi lain. Perbedaan administrasi pendidikan dan administrasi lain adalah terletak pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip umumnya. Dengan demikian, meskipun untuk memahami administrasi pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan administrasi umum, tidak berarti bahwa pengetahuan administrasi dapat diterapkan didalam administrasi pendidikan karena prinsip operasionalnya berbeda (Ngalim Purwanto, 1990 : 3).[3]
Konsep administrasi mempunyai pengertian yang luas sebagaimana dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1.    Mempunyai pengertian sama dengan manajemen yang berusaha mempengaruhi dan menyuruh orang agar bekerja secara produktif;
2.    Memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu guna mencapai tujuan institusional;
3.    Mencapai suatu tujuan melalui orang lain; fungsi eksekutif pemerintah dan memanfaatkan system kerja sama interaktif yang efektif dan efesien (Daryanto, 2006 : 1) dalam buku (Herabudin, 2009 : 19).
Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa administrasi itu merupakan pelayanan terhadap semua kebutuhan institusional dengan cara efektif dan efesien dan administrsi sebagai salah satu komponen dari system yang subsistemnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya, karena administrasi adalah aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.  
   Terdapat beberapa istilah yang mempunyai kesamaan pengertian  dasarnya yaitu kontrol, pengawasan, pembinaan, inspeksi. Bidang pendidikan inspeksi pada masa kolonial. Tetapi sekarang menggunakan supervisi atau pembinaan, yang lebih demokratis.
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang supervisi pada bidang pendidikan :
1.    NA. Ametembun dalam supervisi pendidikan
Supervisi pendidikan  adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan bermaksud berupa bimbingan atau tuntutan kearah situasi pendidikan termasuk pengajaran pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar belajar pada umumnya.
2.      Kimball Wiles
Dalam supervision for better school, supervision is assistance in the development  of a better teaching learning situation.
3.      Harold P. Adams dan Frank G. Dickey, dalam Basic principle of supervision
Supervision is a service particulary concerned with contruction and its improvement. It is directly concerned with teaching and learning and with the factor included in and related in these process-teachers-pupil-cuririculum, materials of the situation.
4.      Thomas H Briggs and Joseph Justman dalam Improving instruction through supervision
Supervision is the systematic and continuous effort to encourage and direct self, activated growth that the teacher is in creasingly more effective in contributing to the achievement of the recognized objectives of education with pupil under his responsibility.
5.      Drs. M. Ngalim Purwanto, dalam Administrasi Pendidikan
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Dalam lima pendapat diatas dapat di analisis agar kita memahami pengertian supervisi pendidikan dengan cara mengetahui  unsure-unsur penting didalamnya. Unsur-unsur penting tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Aktivitas pembinaan yang direncanakan
2.     Perbaikan situasi pengajaran (belajar-mengajar)
3.    Mengefektifkan para guru, pegawai sekolah, dan sumber material lainnya
4.    Pencapaian tujuan pendidikan lebih efektif dan efesien.

Dengan adanya unsure-unsur penting tersebut dapat menjadi sebuah pengertian supervise pendidikan yaitu supervise pendidikan itu adalah pembinaan yang direncanakan dalam perbaikan situasi pengajaran dengan lebih meningkatkan pendayagunaan sumber personel dan material dalam pencapaian tujuan tujuan pendidikan secara lebih efektif dan efesien.
Maksud dari pembinaan yaitu memberikan bimbingan dan latihan bagi guru dan pegawai untuk meningkatkan kemampuan dalam tugas yang di embannya, agar supervise pendidikan itu mengarah perbaikan dalam pengajaran yang baik dan terjaminnya dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Administrasi supervise pendidikan merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerjasama di bidang pendidikan dan peningkatan sumber  daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan lebih efektif dan efesien.

2.1    Hubungan Administrasi dengan Supervisi Pendidikan
Administrasi dan supervise itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien,  namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.
1.    Kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaan, sedangkan supervise didasarkan pelayanan bimbingan dan pembinaan;
2.    Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas disekiolah, termasuk manajement sekolah, sedangkan supervise adalah sebagian dari tugas dari pengarahan (directing), satu segi manajement sekolah;
3.    Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk pelaksanaan program pendidikan, sedanagkan supervise menggunakan kondisi-kondisi yang telah disediakan itu untuk peningkatan mutu belajar mengajar.
Hal diatas merupakan perbedaan antara administrasi dan supervise, namun keduanya saling berkaitan dan tak terlepaskan juga mempunyai tujuan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik.
Selain itu juga disini ada dibahas sedikit tentang bagaimana cara-cara melaksanakan supervise, dimana seorang pemimpin tidak sama dengan pemimpin yang lain, hal ini juga tergantung pada tipe atau corak kepemimpinannya.
Seorang  otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui kesalahan-kesalahan petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan peraturan dan intruksi yang diberikan oleh pusat (atasan) kepada bawahannya.[4] Supervisi dijalankan dengan sekonyong-sekonyong tanpa sepengetahuan petugas yang diawasi, seolah-seolah supervisor bertugas sebagai reseriser yang mengintai untuk menemukan pelanggaran. Suasana antar kariyawan sekolah dibawah pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah tertekan, tegang, kegembiraan bekerja tidak ada sama sekali, karena ada juga kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak leissez faire atau pemimpin yang masa bodoh, tidak mau tahu, acu tidak acu dalam menjalankan pengawasan.[5]
Kehidupan sekolah semacam itu mudah timbul kesimpang siura, perselisihan, karena semua karyawan menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingan masing-masing, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Situasi buruk makin lam semakin menjadi, sehingga akhirnya tidak teratasi lagi. Pemimpin seperti ini tidak memiliki sikap kepemimpinan yang baik dan tidak pantas menjadi pemimpin sekolah, karena dapat merusak tunas bangsa muda yang seharusnya melanjutkan untuk kedepannya agar yang lebih baik tapi malah sebaliknya yang ada adalah kehancuran.
Kemudian kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak demokratis menjalankan pengawasan menurut program kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah ditentukan organisasi pembagian tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut kecakapan masing-masing, koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja dan sebagainya.[6] Dengan demikian semua karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai tugas yang diembanya dan yang tidak bertentangan satu sama yang lainnya. Tetapi dapat saling membantu, agar tercapainya atau terwujudnya pendidikan sesuai pengawasan yang dijalankan dan sesuai dengan program kerjanya.
Hal tersebut dapat tercapai karena adanya kerja sama antara pemimpin atau kepala sekolah dengan karyawan-karyawan yang ada disekolah berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang negative yang menghambat lancarnya jalan kehidupan sekolah, serta bersama-sama mendapatkan metode-metode bekerja gotong royong yang efesien, produktif sesuai dengan kondisi setempat.
Dan ada juga hal lain yang dapat menghambat lancarnya kehidupan sekolah seperti adanya paerbedaan pendapat, perselisihan yang timbul dicarikan pemecahannya dengan cara musyawarah. Kekeliriuan cara bekerja segera diketahui, sehingga tidak mejadi berlarut-larut dan guru yang kurang bersemangat dipimpindan diisyaratkan untuk menjalankan tugasnya denagan baik.
Pengawasan secara demokratis yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1.    Pengawasan dijalankan secara gotong royong atau koperatif, tidak disatu tangan saja, yaitu khususnya bagi kepala sekolah;
2.    Pengawasan dijalankan terangan-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi;
3.    Pengawasan dijalankan secara berkelanjutan dan bersifat tut wuri handayani (bersifat pembimbing).
Yang dapat mengatasi masalah-masalah yang menghambat lancarnya kehidupan sekolah adalah seorang kepala sekolah atau pemimpin yang mempunyai kualifikasi kepemimpinan yang memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan yang luar biasa.






















BAB III. PENUTUP
 3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara adminstrasi dan supervise pendidikan tersebut adalah sangat berkaitan erat keduanya dan keduanya tidak bisa dipisahkan karena keduanya sama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Keduanya saling bekerja sama, karena kalau tidak ada administrasi pasti tidak ada supervise, dimana administrasi itu adalah menyediakan semua kondisi yang diperlukan untu melakasanakan program pendidikan dan supervise tersebut adalah pengguna kondisi-kondisi yang telah disediakan untuk peningkatan mutu beljar mengajar.
Walaupun administrsi dan supervise mempunyai hubungan yang sangat eratdan tidak bisa dipisahkan keduanya, namun kedunya dapat dibedakan, seperti salah satu perbedaannya yaitu bahwa kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaa, sedanagkan supervise berdasarkan pada pelayanan bimbingan dan pembinaan.
Jadi administrasi dan supervise pendidikan itu merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama  dibidang pendidikan dan peningkatan sumberdaya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang kebih efektif dan efesien.

3.2     Saran
Hubungan antara administrasi dan supervise pendidikan sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dalam pendidikan untuk meningkatkan mutu belajar mengajar. Dalam terwujudnya pencapaian pendidikan yang efektif dan efesien dibutuhkannya saling kerjasama diantara keduanya.



DAFTAR PUSTAKA
 Burhanuddin, Yusuf. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung:
 Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
 Herabudin. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


















 [1] Herabudin.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung:Pustaka Setia, 2009) hal:17
 [2] Burhanudin,Yusuf. Administrasi Pendidikan.  (Jakarta:Asdi mahasatya, 2001) hal:202
[3] Herabudin.  Administrasi dan supervise Pendidikan, 2009 (Bandung : Pustaka Setia) hal: 19
 [4]  Guru yang patuh mendapat kondite yang bagus, dan dicalonkan untuk menduduki pangkat yang lebih tinggi.
 [5]  Pemimpin yang masa bodoh tidak menjalankan pengawasan, ia membiarkan semua guru dan murid-murid      bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan kemauannya masing-masing. Tidak itu juga, ia juga membiarkan semua aktivitas sekolah tidak di awasi sama sekali, sehingga kehidupan disekolah kacau, program kerja tidak ada.
 [6]  Kepala sekolah memberi kepercayaan kepada karyawan sehingga masing-masing diakui dan dihargai sebagai kelompok sederajat. Pengawasan ia jalankan dengan ikut bekerja secara aktif dan kadang-kadang dimuka untuk menjadi teladan, ditengah untuk membangkitkan semangat, dibelakang untuk member kebebasan bekerja pada guru, tetapi mempengaruhinya. Agar dapat mengetahui situasi sekolah selruhnya dan sebagainya kepala sekolah atau pemimpin ikut serta dalam bekerja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar