BAB 1.PENDAHULUAN
Secara
etimologi, “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata ad
dan ministrate. Kata ad artinya intensif , sedangkan, ministrate
artinya melayani, membantu, atau
mengarahkan. Jadi, pengertian administrasi adalah melayani secara intensif.[1]
Kata
supervisi berasal dari kata supervision
secara morfologis kata supervisi terdir
i dari kata dasar super berarti atas, visi berarti lihat. Jadi, supervisi secara morfologis
berarti meldari atas. Memang personal yang melaksanakan supervisi mempunyai
kedudukan lebih tinggi daripada orang yang disupervisi.[2]
Secara bebas, dapat artikan bahwa administrasi merupakan pelayanan atau
pengabdian terhadap subjek tertentu. Ada pula yang mendefinisikan administrasi
sebagai suatu proses, organisasi, dan individu yang berhubungan dengan
pelaksanaan visi dan misi suatu institusi atau lembaga tertentu. Administrasi dipandang sebagai system yang
terdiri dari subsistem seperti tugas ,
fungsi organisasi, kepegawaian, ketatausahaan, material, dan lain-lain.
Administrasi pendidikan merupakan salah satu cabang dari ilmu
administrasi pada umumnya. Para ahli pendidikan mulai menyadari bahwa meskipun
prinsip-prinsip administrasi dalam berbagai lapangan memiliki kesamaan, baik dalm proses maupun tujuannya.
Demikianlah, administrasi pendidikan sebagai suatu ilmu tidak
dapat disamakan begitu saja dengan administrasi bisnis, administrasi
pemerintahan, ataupun administrasi militer.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Administrasi dan Supervisi
Pendidikan
Administrasi pendidikan sebagai ilmu
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan ilmu administrasi lain.
Perbedaan administrasi pendidikan dan administrasi lain adalah terletak pada
prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip umumnya. Dengan
demikian, meskipun untuk memahami administrasi pendidikan diperlukan pemahaman
atau penguasaan administrasi umum, tidak berarti bahwa pengetahuan administrasi
dapat diterapkan didalam administrasi pendidikan karena prinsip operasionalnya
berbeda (Ngalim Purwanto, 1990 : 3).[3]
Konsep administrasi mempunyai
pengertian yang luas sebagaimana dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1.
Mempunyai pengertian sama dengan manajemen yang berusaha
mempengaruhi dan menyuruh orang agar bekerja secara produktif;
2.
Memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu
guna mencapai tujuan institusional;
3.
Mencapai suatu tujuan melalui orang lain; fungsi eksekutif
pemerintah dan memanfaatkan system kerja sama interaktif yang efektif dan
efesien (Daryanto, 2006 : 1) dalam buku (Herabudin, 2009 : 19).
Dapat dipahami dari
penjelasan diatas bahwa administrasi itu merupakan pelayanan terhadap semua
kebutuhan institusional dengan cara efektif dan efesien dan administrsi sebagai
salah satu komponen dari system yang subsistemnya saling berkaitan satu dengan
yang lainnya, karena administrasi adalah aktivitas-aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan.
Terdapat beberapa istilah yang mempunyai
kesamaan pengertian dasarnya yaitu
kontrol, pengawasan, pembinaan, inspeksi. Bidang pendidikan inspeksi pada masa kolonial.
Tetapi sekarang menggunakan supervisi atau pembinaan, yang lebih demokratis.
Dibawah ini dikemukakan beberapa
pendapat tentang supervisi pada bidang pendidikan :
1. NA. Ametembun dalam
supervisi pendidikan
Supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi
pendidikan. Pembinaan bermaksud berupa bimbingan atau tuntutan kearah situasi
pendidikan termasuk pengajaran pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar
belajar pada umumnya.
2. Kimball Wiles
Dalam supervision for better school,
supervision is assistance in the development
of a better teaching learning situation.
3. Harold P. Adams dan Frank
G. Dickey, dalam Basic principle of supervision
Supervision is a service
particulary concerned with contruction and its improvement. It is directly
concerned with teaching and learning and with the factor included in and
related in these process-teachers-pupil-cuririculum, materials of the
situation.
4. Thomas H Briggs and Joseph
Justman dalam Improving instruction through supervision
Supervision is the
systematic and continuous effort to encourage and direct self, activated growth
that the teacher is in creasingly more effective in contributing to the
achievement of the recognized objectives of education with pupil under his
responsibility.
5. Drs. M. Ngalim Purwanto,
dalam Administrasi Pendidikan
Supervisi adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Dalam lima pendapat diatas
dapat di analisis agar kita memahami pengertian supervisi pendidikan dengan
cara mengetahui unsure-unsur penting
didalamnya. Unsur-unsur penting tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas pembinaan yang
direncanakan
2. Perbaikan situasi pengajaran
(belajar-mengajar)
3. Mengefektifkan para guru,
pegawai sekolah, dan sumber material lainnya
4. Pencapaian tujuan
pendidikan lebih efektif dan efesien.
Dengan adanya unsure-unsur
penting tersebut dapat menjadi sebuah pengertian supervise pendidikan yaitu
supervise pendidikan itu adalah pembinaan yang direncanakan dalam perbaikan
situasi pengajaran dengan lebih meningkatkan pendayagunaan sumber personel dan
material dalam pencapaian tujuan tujuan pendidikan secara lebih efektif dan
efesien.
Maksud dari pembinaan
yaitu memberikan bimbingan dan latihan bagi guru dan pegawai untuk meningkatkan
kemampuan dalam tugas yang di embannya, agar supervise pendidikan itu mengarah
perbaikan dalam pengajaran yang baik dan terjaminnya dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Administrasi supervise
pendidikan merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses
kerjasama di bidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan situasi
pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan lebih efektif dan efesien.
2.1 Hubungan Administrasi
dengan Supervisi Pendidikan
Administrasi dan supervise
itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan supervise saling berkaitan
ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti pengertian administrasi
dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya merupakan pembinaan
yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama dibidang pendidikan dan
peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran agar
tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien, namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat
dibedakan.
1. Kegiatan administrasi
didasarkan kepada kekuasaan, sedangkan supervise didasarkan pelayanan bimbingan
dan pembinaan;
2. Tugas administrasi
meliputi keseluruhan bidang tugas disekiolah, termasuk manajement sekolah,
sedangkan supervise adalah sebagian dari tugas dari pengarahan (directing),
satu segi manajement sekolah;
3. Administrasi bertugas
menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk pelaksanaan program pendidikan,
sedanagkan supervise menggunakan kondisi-kondisi yang telah disediakan itu
untuk peningkatan mutu belajar mengajar.
Hal diatas merupakan
perbedaan antara administrasi dan supervise, namun keduanya saling berkaitan
dan tak terlepaskan juga mempunyai tujuan untuk mencapai pendidikan yang lebih
baik.
Selain itu juga disini ada
dibahas sedikit tentang bagaimana cara-cara melaksanakan supervise, dimana
seorang pemimpin tidak sama dengan pemimpin yang lain, hal ini juga tergantung
pada tipe atau corak kepemimpinannya.
Seorang otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan
peraturan dan intruksi yang diberikan oleh pusat (atasan) kepada bawahannya.[4]
Supervisi dijalankan dengan sekonyong-sekonyong tanpa sepengetahuan petugas
yang diawasi, seolah-seolah supervisor bertugas sebagai reseriser yang
mengintai untuk menemukan pelanggaran. Suasana antar kariyawan sekolah dibawah
pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah tertekan, tegang, kegembiraan
bekerja tidak ada sama sekali, karena ada juga kepala sekolah atau pemimpin
yang bercorak leissez faire atau pemimpin yang masa bodoh, tidak mau tahu, acu
tidak acu dalam menjalankan pengawasan.[5]
Kehidupan sekolah semacam
itu mudah timbul kesimpang siura, perselisihan, karena semua karyawan
menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingan masing-masing, yang
kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Situasi buruk makin lam semakin
menjadi, sehingga akhirnya tidak teratasi lagi. Pemimpin seperti ini tidak
memiliki sikap kepemimpinan yang baik dan tidak pantas menjadi pemimpin
sekolah, karena dapat merusak tunas bangsa muda yang seharusnya melanjutkan
untuk kedepannya agar yang lebih baik tapi malah sebaliknya yang ada adalah kehancuran.
Kemudian kepala sekolah
atau pemimpin yang bercorak demokratis menjalankan pengawasan menurut program
kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah ditentukan organisasi pembagian
tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut kecakapan masing-masing,
koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja dan sebagainya.[6]
Dengan demikian semua karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai
tugas yang diembanya dan yang tidak bertentangan satu sama yang lainnya. Tetapi
dapat saling membantu, agar tercapainya atau terwujudnya pendidikan sesuai
pengawasan yang dijalankan dan sesuai dengan program kerjanya.
Hal tersebut dapat
tercapai karena adanya kerja sama antara pemimpin atau kepala sekolah dengan
karyawan-karyawan yang ada disekolah berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang
negative yang menghambat lancarnya jalan kehidupan sekolah, serta bersama-sama
mendapatkan metode-metode bekerja gotong royong yang efesien, produktif sesuai
dengan kondisi setempat.
Dan ada juga hal lain yang
dapat menghambat lancarnya kehidupan sekolah seperti adanya paerbedaan
pendapat, perselisihan yang timbul dicarikan pemecahannya dengan cara
musyawarah. Kekeliriuan cara bekerja segera diketahui, sehingga tidak mejadi
berlarut-larut dan guru yang kurang bersemangat dipimpindan diisyaratkan untuk
menjalankan tugasnya denagan baik.
Pengawasan secara
demokratis yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Pengawasan dijalankan
secara gotong royong atau koperatif, tidak disatu tangan saja, yaitu khususnya
bagi kepala sekolah;
2. Pengawasan dijalankan
terangan-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu guru-guru, tidak secara
sembunyi-sembunyi;
3. Pengawasan dijalankan
secara berkelanjutan dan bersifat tut wuri handayani (bersifat pembimbing).
Yang dapat mengatasi
masalah-masalah yang menghambat lancarnya kehidupan sekolah adalah seorang
kepala sekolah atau pemimpin yang mempunyai kualifikasi kepemimpinan yang
memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan yang luar biasa.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah
disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara adminstrasi
dan supervise pendidikan tersebut adalah sangat berkaitan erat keduanya dan
keduanya tidak bisa dipisahkan karena keduanya sama-sama untuk mencapai tujuan
pendidikan. Keduanya saling bekerja sama, karena kalau tidak ada administrasi
pasti tidak ada supervise, dimana administrasi itu adalah menyediakan semua
kondisi yang diperlukan untu melakasanakan program pendidikan dan supervise
tersebut adalah pengguna kondisi-kondisi yang telah disediakan untuk
peningkatan mutu beljar mengajar.
Walaupun administrsi dan
supervise mempunyai hubungan yang sangat eratdan tidak bisa dipisahkan
keduanya, namun kedunya dapat dibedakan, seperti salah satu perbedaannya yaitu
bahwa kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaa, sedanagkan supervise
berdasarkan pada pelayanan bimbingan dan pembinaan.
Jadi administrasi dan supervise
pendidikan itu merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses
kerja sama dibidang pendidikan dan
peningkatan sumberdaya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan yang kebih efektif dan efesien.
3.2
Saran
Hubungan antara
administrasi dan supervise pendidikan sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Keduanya saling berkaitan dalam pendidikan untuk meningkatkan mutu belajar
mengajar. Dalam terwujudnya pencapaian pendidikan yang efektif dan efesien
dibutuhkannya saling kerjasama diantara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Yusuf. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung:
Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Herabudin. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
[3] Herabudin. Administrasi
dan supervise Pendidikan, 2009 (Bandung : Pustaka Setia) hal: 19
[5] Pemimpin yang masa bodoh
tidak menjalankan pengawasan, ia membiarkan semua guru dan murid-murid bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan
kemauannya masing-masing. Tidak itu juga, ia juga membiarkan semua aktivitas
sekolah tidak di awasi sama sekali, sehingga kehidupan disekolah kacau, program
kerja tidak ada.
[6] Kepala sekolah memberi
kepercayaan kepada karyawan sehingga masing-masing diakui dan dihargai sebagai
kelompok sederajat. Pengawasan ia jalankan dengan ikut bekerja secara aktif dan
kadang-kadang dimuka untuk menjadi teladan, ditengah untuk membangkitkan
semangat, dibelakang untuk member kebebasan bekerja pada guru, tetapi
mempengaruhinya. Agar dapat mengetahui situasi sekolah selruhnya dan sebagainya
kepala sekolah atau pemimpin ikut serta dalam bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar