LANGKAH-LANGKAH
SUPERVISI
A.Pendahuluan
Walaupun kegiatan supervisi dititik beratkan pada
perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar di kelas, namun kesuksesan
pekerjaannya secara tidak langsung sangat berhubungan dengan lingkungan
sekolah. Menurut Hoy sebelum supervisor melakukan tugasnya terlebih dahulu
mereka harus dilihat kondisi konteks atau lingkungannya. Menciptakan iklim
lingkungan ini menurut Hoy melalui dua tahap. Tahap pertama supervisor harus
secara aktif melibatkan diri bersama kepala sekolah di dalam mengembangkan
iklim sekolah yang kondusif. Tahap kedua supervisor harus melibatkan diri
dengan guru-guru di dalam menyiapkan dirinya untuk disupervisi.
B.Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi[1]
telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian
proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).
Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan
sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan
kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan
pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian
setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari
(Arwani, 2006).
C.Manfaat dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan
baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :
1)
Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini
erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan
dan bawahan.
2)
Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja
ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat
diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi.
Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang
telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan
efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
D.Langkah-langkah
Supervisi
Dalam supervisi sekarang ini, pengamatan oleh pengawas dan
kepala sekolah bukan satu-satunya cara untuk mengetahui kualitas pembelajaran,
mestinya pengawas selaku penanggung jawab supervisi perlu terus-menerus
berpikir untuk mencari variasi langkah kegiatan dengan maksud memperoleh data
yang lebih baik dan model pembinaan yang lebih baik dan model pembinaan yang
lebih efektif. Langkah-langkah yang sifatnya rutin akan menghasilkan data yang
rutin pula dan bentuk pembinaanya pun menjadi rutin.
Dalam supervisi model baru yang
dikaitkan dengan supervisi klinis ini disarankan langkah-langkah alternatif
berikut:
a.Pengawas
bersama kepala sekolah sewilayah pembinaanya berdiskusi menyusun rencana kerja
untuk kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun kemudian di penggal-penggal
menjadi rencana caturwulan dan bulan. Dalam rencana tersebut tertuang:
1)
Aspek yang menjadi titik pusat perhatian dalam program supervisi untuk tahun
tersebut. Karena supervisi pengamatan kelas meskipun cara tersebut masih
digunakan sebagai salah satu metode, dalam menyusun rencana tersebut perlu
disebutkan dengan jelas apa yang menjadi titik pusat perhatian, paling tepat
untuk saat tersebut.[2]
2)
Penjadwalan pelaksanaan yang mencakup lama kurun waktu dan penggalan untuk
setiap langkah kegiatan. Dalam langkah-langkah tersebut disebutkan isi, pihak,
dan sarana yang digunakan.
b.Perencanaan
yang rinci dan disusun bersama antara pengawas dan kepala sekolah, ini
dimaksudkan untuk menciptakan koordinasi antara keduanya sehingga pelaksanaan
supervisi tidak simpang siur.
c.Pengawas
dan kepala sekolah menelaah instrumen yang di perlukan. Jika pengawas dan
kepala sekolah bermaksud mengaktifkan bagian lain dari hal-hal yang biasa
disupervisi, tentu saja di buku pedoman supervisi belum tersedia instrumen
untuk memantaunya. Oleh sebab itu kepala sekolah perlu menyusun sendiri
instrumen pemantauan yang diperlukan.
d.Pengawas
dan kepala sekolah menyelenggarakan rapat pleno guru untuk menjelaskan langkah
program yang disusun bersama pengawas. Dalam rapat tersebut dibagikan blangko
pada semua guru, berisi tawaran kepada guru yang ingin menggunakan kesempatan
untuk mengemukakan masalah dan memerlukan pembinaan. Untuk ini guru diberi waktu
yang cukup agar dapat berpikir dengan sungguh-sungguh masalah apa saja yang
perlu mendapatkan pembinaan secara intensif, baik apa yang dilakukan sendiri,
dilakukan bersama pimpinan sekolah, atau pengawas dan orang tua siswa.
e.Kepala
sekolah menyampaikan usulan guru tersebut kepada pengawas sehingga di antara
kedua petugas supervisi tersebut dapat
mengadakan pembagian tugas.
f.Pengawas
dan kepala sekolah menyusun rencana operasional untuk melaksanakan supervisi.[3]
g.Pengawas
dan kepala sekolah menyusun laporan tentang pelaksanaan supervisi untuk lingkup
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan tingkat
kabupaten/kota.[4]
E.Contoh Langkah-langkah Supervisi
Supervisi adalah suatu bentuk tindakan
terhadap guru yang sedang dalam proses interaksi dengan murid. Dengan demikian
supervisi adalah suatu bentuk “intervensi”. Kegiatan supervisi masuk ke dalam
kegiatan belajar-mengajar.[5]
Agar intervensinya dapat berjalan dengan
efektif maka kegiatan supervisi tersebut harus dilakukan melalui tahap-tahap
diagnosis seperti tahap-tahap yang dilalui di dalam proses pemecahan masalah
pada umumnya. Tahap-tahap tersebut adalah:
1.
Identifikasi
masalah yaitu mengidentifikasikan celah antara keadaan yang sekarang ada dengan
keadaan yang diharapkan.
2.
Diagnosis
penyebab (diagnose causes) yaitu penelitian mengenai kemungkinan sebab-sebab
timbulnya masalah dengan cara menguji faktor-faktor penghambat (kendali) maupun
faktor-faktor penunjang.
3.
Mengembangkan
rencana kegiatan yaitu mengembangkan strategi untuk bertindak dengan secara
rinci menelaah alternatif yang ada, mengantisipasi akibat-akibat yang mungkin
timbul, mempertimbangkan untuk kemudian memilih salah-satu untuk dilaksanakan.
4.
Melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan dengan menerjemahkan setiap langkah perencanaan
dengan prosedur yang khusus.
5.
Mengevaluasi
rencana kegiatan yaitu melihat kembali keterlaksanaan dan nilai-nilai yang
perlu di pertimbangkan di dalam pelaksanaan nanti.
Tujuan kegiatan supervise adalah
menciptakan atau menjaga kondisi atau iklim sekolah supaya berada dalam situasi
yang kondusif untuk terjadinya pengembangan pengajaran. Lalu bagaimanakah iklim
sekolah yang kondusif itu? Kegiatan supervisi
dapat berlangsung secara efektif apabila suasana lingkungan sekolah
dalam keadaan tenang, tidak mencekam. Suasana yang tidak mencekam bagi
pengembangan pembelajaran adalah suasana di mana setiap personal yang terlibat
di dalam kegiatan pengajaran (guru, kepala sekolah, murid dan pegawai tata
usaha) hatinya tentram, pasrah, dapat saling berhubungan satu sama lain dalam
suasana kekeluargaan dengan bebas tanpa ada rasa takut. Masih tambah lagi satu
syarat, yaitu bahwa setiap personal yang terlibat dalam pengembangan tersebut
berada dalam posisi terpenuhinya kebutuhan pribadinya.
System manajemen di dalam organisasi sosial
seperti yang digambarkan tersebut bersifat partisipatif, dan ditandai oleh
kepemimpinan yang mendukung, motivasi yang tinggi, hubungan antar pribadi
sangat dekat, kerja sama yang baik,ada kesetiaan kelompok, tanggung jawab atas
tugas masing-masing, saling percaya, masing-masing percaya pada diri sendiri
dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan
yang tinggi.
Ditinjau dari segi murid, di sekolah dengan
iklim yang kondusif ditekankan pada disiplin yang tinggi pada murid,
masing-masing murid diketahui keadaannya (termasuk kelainan-kelainannya).
Hubungan antar murid akrab dan merasa bahwa mereka berada di dalam satu
keluarga yang sama yakni keluarga sekolah itu. Masing-masing murid merasa
tenteram dan puas karena terpenuhi segala kebutuhannya.
Ciri terakhir dari iklim sekolah yang baik
yang tidak dilihat dan tinjauan personil adalah bahwa sekolah tersebut secara
keseluruhan mengharapkan tercapainya tujuan akhir dari kegiatan organisasi sosial
tersebut, yaitu peningkatan prestasi belajar siswa.
Dari sederetan ciri tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama dari pengembangan iklim sekolah adalah
terciptanya iklim sekolah dalam system yang partisipatif, berorientasi pada
pengontrolan terhadap murid secara manusiawi dan ditekankan pada pencapaian
tujuan akademik yang tinggi. Apa yang disebutkan itu bukannya tujuan akhir
sekolah, tetapi sesuatu yang mendukung terjadinya program supervisi yang
efektif.
Siklus diagnostik yang telah
digambarkan di atas bukan hanya untuk
memilih alternative pendekatan supervisi atau pemecahan masalah saja, tetapi
juga dapat diterapkan di dalam program menciptakan iklim sekolah seperti yang
sedang dibicarakan. Apabila iklim sekolah belum berada pada kondisi yang
diharapkan maka dipandang bahwa iklim sekolah berada dalam keadaan yang bermasalah
dan perlu untuk segera dipecahkan.
Pada bagian ini akan disampaikan contoh
implementasi penggunaan siklus pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan
iklim sekolah agar kondusif bagi kegiatan supervisi yang efektif.
Identifikasi Masalah
Pelaksanan praktikum
di sebuah sekolah kejurusan teknik tampak tidak lancar. Alat dan bahan yang ada
akan digunakan untuk praktek, tersedia kurang. Mencukupi kebutuhan untuk
praktek murid-murid. Pengelolaan tidak selalu berada di tempat, sehingga setiap
kali instruktur sudah siap dengan persiapan praktikum atau praktek, pintu
laboratorium belum dibuka. Kalaupun instruktur menemukan pintu sudah terbuka,
alat-alat dan bahan praktek belumberada di tempat yang dekat dengan tempat
praktikum. Dengan demikian ketika waktu yang ditentukan untuk praktikum pada
jam itu sudah habis, murid-murid tidak segera meninggalkan tempat karena tugas
belum selesai. Instruktur yang mendapat giliran memimpin praktikum untuk jam
berikutnya sudah dating, dan hatinya kecewa
karena melihat bahwa rombongan yang sesuai praktikum belum meninggalkan
tempat. Terjadi sedikit keributan di pintu masuk laboratorium. Ada “ganjalan”
di hati masing-masing instruktur, ada rasa tidak puas di hati masing-masing
murid.
Di lain kelas,
seseorang guru sudah berdiri di depan sebuah kelas. Ia sudah masuk ke kelas sebelum itu tetapi ditemukan bahwa
kelasnya masih kosong. Murid-murid yang seharusnya sudah siap untuk diajar
pelajaran teori ternyata belum berada di tempat karena masih menyelesaikan
praktikum di laboratorium. Mereka terpaksa mundur waktunya karena sudah
diceritakan di depan, mulainya praktikum terlambat gara-gara pintu masuk belum
dibuka. Maka di kelas teori tersebut pun terjadi kekacauan. Pelajaran teori
tidak berlangsung dengan baik karena pada waktu murid-murid dari laboratorium
dating, guru sudah kecewa. Apa yang sudah disiapkan terpaksa harus diubah
karena waktu yang seharusnya disediakan sudah terkurangi beberapa menit.
Diagnosis Penyebab
Apa yang dikemukakan di atas adalah suatu
situasi yang mengandung masalah. Keadaannya begitu kompleks dan ruwet, kalau
situasi kacau tersebut berlangsung berkali-kali, maka tidak mustahil moral
kerja guru dan semangat belajar murid akan menurun. Kondisi pengajaran berada
dalam keadaan yang tidak kondusif. Hati para guru, instruktur dan murid-murid
sudah terluka. Antara guru dengan instruktur menjadi retak. Ada rasa “jengkel”
terbesit di dalam jiwanya. Hubungan antar instruktur sendiri dengan penjaga
ruangan juga tidak baik. Instruktur dikecewakan oleh ketidaksiapan laboratorium
pada waktu instruktur sudah siap melaksanakan tugas membimbing praktikum. Mudah
diduga bahwa dalam situasi mencekam seperti itu pelajaran tidak berlangsung
dengan baik.
Kekacauan terdapat di kelas teori dan di
laboratorium. Dalam situasi seperti ini tugas supervisor di sekolah itu menjadi
sangat berat. Pihak-pihak yang harus digarap adalah guru, instruktur, dan
murid-murid. Mereka harus dikembalikan ke dalam situasi bebas dari kejengkelan
antara satu sama lain. Moral kerja masing-masing personal harus dinakkan
kembali. Semangat belajar murid-murid harus dibangkitkan agar siap untuk
berpartisipasi di dalam proses pengajaran.
Di dalam melakukan diagnosis penyebab ini
supervisor melaksanakan tiga hal yaitu:
(1) mengumpulkan data agar proses diagnosis penyebab dapat dilakukan dengan
seksama, karena data yang tersedia cukup lengkap, (2) menganalisis data yang
ada sehingga diketahui dengan pasti kondisi yang ada untuk dibandingkan dengan
kondisi yang diinginkan yang kondusif untuk pengajaran, dan (3) menemukan celah
antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharaokan, dan celah inilah yang
harus dihilangkan dengan pendekatan supervise yang tepat. Di dalam
penggarapannya supervisor membuat daftar untuk membandingkan dua kondisi yang
telah disebutkan.
Analisis Penyebab dan Alternatif Pemecahan
Masalah
1.
Instruktur
datang di dengan laboratorium kecewa, menemukan ruangan masih tertutup,
alat-alat dan bahan belum tersedia. Pintu masih tertutup karena penjaga ruangan
tidak datang pada waktunya. Pemecahannya adalah bahwa penjaga ruangan
diharuskan datang pada waktu yang sudah ditentukan. Mengapa penjaga ruangan tersebut
sedang mengalami “broken home”.[6]
2.
Guru teori kecewa ketika datang ke kelas
karena menjumpai kelas masih kosong. Murid-murid belum datang karena masih
berada di laboratorium. Praktikum di laboratorium terpaksa ditunda
penyelesaiannya karena jam mulainya juga mundur. Pada waktu supervisor membaca
pernyataan masalah ini dan akan mennganalisisnya dapat mengambil kesimpulan
bahwa timbulnya masalah di kelas ini merupakan akibat dari masalah yang
pertama, yaitu yang terjadi di laboratorium. Kalau masalah yang terjadi di laboratorium
sudah terpecahkan, masalah yang terjadi di kelas juga akan ikut terpecahkan
sesudah beberrapa waktu kemudian.
3.
Hubungan
antara instruktur dengan guru teori kurang baik. Terdapat perasaan jengkel pada
diri kedua guru itu, karena kepentingannya terganggu. Program pengajaran yang
sudah direncanakan tidak dapat dilaksanakan karena waktunya tergeser.
Instruktur merasa jengkel kepada guru teori barangkali karena guru tersebut
pernah berbicara dengan nada yang tidak enak kepada instruktur. Setelah kejadian
ini dianalisis, ditemukan bahwa penyebab
timbulnya kejadian adalah karena instruktur menunda waktu praktikum. Andaikata
waktu praktikum dikurangi dan anak-anak dapat kembali ke kelasnya pada waktu
yang telah ditetapkan, maka guru teori tidak akan merasa kecewa. Hubungan
antara instruktur dengan guru tidak akan menjadi jelek. Jadi pemecahan
permasalahannya adalah instruktur memulai praktikum pada waktunya dan berhenti
pada waktunya pula.
4.
Moral
kerja guru dan instruktur menurun. Hal ini diakibatkan karena dari waktu ke
waktu selalu dikecewakan oleh ketidaktersedianya alat-alat dan bahan pada waktu
yang telah di tetapkan.disiplin yang tinggi akan dapat terhapus oleh
ketidakdisiplinan orang lain. Di satu sisi mereka disiplin, di sisi lain mereka
dikecewakan oleh orang lain yang tidak disiplin. Keadaan moral kerja rendah ini
akan berangsur-angsur pulih kalau sudah ad bukti bahwa kebutuhannya sudah
terpenuhi. Perlu kita ingat bersama bahwa “penyakit” yang berhubungan dengan
moral manusia merupakan penyakit yang sukar disembuhkan. Seperti halnya
menurunkan moral kerja, batu akan dapat terobati apabila sudah ada obatnya yang
tepat dan itupun akan memerlikan waktu yang lama untuk dapat pulih kembali.
5.
Semangat
belajar mengendor. Murid-murid kelihatan kurang bergairah dalam belajar. Hal
ini merupakan akibat dari kekecewaan yang beruntun karena menyaksikan:
laboratorium yang masih terkunci ketika mereka dating di laboratorium tersebut,
ditambah dengan belum siapnya alat-alat dan bahan praktikum. Pada waktu mereka
memasuki ruangan kelas teori mereka melihat kekecewaan guru teori dan merasakan
“tidak tentram” menyaksikan suasana kelas yang tampak tidak relaks dengan guru
yang mengajar yang tidak sesuai dengan rencana yang telah disusun. Keadaan
mengendornya semangat belajar ini sebagai akibat dari ketidakdisiplinan orang
lain. Apabila sumbernya sudah dapat diberantas, diramalkan bahwa keadaan yang
merupakan akibat tersebut juga akan terhapus.
Dari analisis penyebab masalah ini
diketahui dan dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah yang semula Nampak ruwet,
kompleks, terdapat lima kasus permasalahan, ternyata sesudah diurai hanya ada
satu saja pernyebab timbulnya masalah. Masalah-masalah yang tersebut di dalam
perumusan masalah dan yang teridentifikasikan karena Nampak di permukaan justru
bukan merupakan masalah yang pokok. Masalah yang pokok bahkan yang tidak tampak
dari luar. Masalah pokok ini bersifat terselubung.
Menyusun Perencanaan
Setelah diketahui penyebab dari semua
permasalahan yang ada maka kini supervisor sampai pada tahap berikutnya, tahap
ketiga, yaitu menyusun perencanaan untuk memecahkan masalah. Di dalam contoh
khusus ini terdapat masalah pokoknya yang hanya satu, yaitu: “penjaga ruang
tidak dapat dating tepat pada waktunya”.
Apabila dilihat dari permasalahan yang
tampak, diketemukannya penyebab adanya penjaga ruang yang tidak dapat datang
tepat pada waktunya adalah data untuk langkah ketiga dalam prosedur supervisi.
Akan tetapi apabila “penjaga tidak dapat dating tepat pada waktunya” itu
dianggap sebagai suatu masalah yang terlepas dari hal-hal lain, maka untuk
memecahkannya diperlukan juga langkah-langkah dari awal. Kini pernyataan
tersebut berdiri sebagai identifikasi masalah. Langkah berikutnya adalah
mengadakan diagnosis sebab-sebab adanya masalah. Dari langkah terlepas dapat
diketahui bahwa yang menyebabkan penjaga ruangan tidak dapat datang tepat pada
waktunya karena dirumahnya sedang terjadi “broken home”. Jika ini yang menyebabkan
keterrlambatan datang, maka masalah ini harus dipecahkan dahulu, baru beruntun
pada masalah-masalah yang lain. Kalau supervisor harus menangani masalah
keluarga penjaga ruangan, maka kasusnya menjadi meluas dan merantai. Memang
betul bahwa penjaga ruangan juga merupakan
tanggungjawab supervisor sekolah untuk disupervisi, tetapi masalah yang pertama
muncul menjadi masalah kedua yang segera harus diatasi.[7]
F.Kesimpulan
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian
apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Langkah-langkah
supervisi yaitu: pengawas dan kepala sekolah berdiskusi menyusun rencana kerja
untuk jangka waktu tertentu, pengawas dan kepala sekolah menciptakan koordinasi
yang baik dalam pelaksanaan supervisi agar tidak terjadi kesalahpahaman,
pengawas dan kepala sekolah menelaah instrumen yang diperlukan, kepala sekolah
mengadakan rapat pleno dengan guru, kepala sekolah menyampaikan usulan dari
guru ke pengawas, pengawas dan kepala sekolah
menyusun rencana operasional untuk melaksanakan supervisi, dan pengawas dan
kepala sekolah menyusun laporan tentang pelaksanaan supervisi untuk lingkup
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan tingkat
kabupaten/kota
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, Organisasi dan Administrasi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: CV. Rajawali, 1990.
Arikunto,
Suharsimi, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta:
Rineka Cipta,2004.
Gunawan, Ary, Administrasi Sekolah ( Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002.
[1] Supervisi
berasal dari bahasa Inggris “supervision” yang berarti
pengawasan/kepengawasan.. Orang yang melaksanakan pekerjaan supervisi di sebut
Supervisor. Lihat Ary H. Gunawan, Administrasi
Sekolah ( Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Hal.193.
[2] Sebagai
contoh misalnya: Pembinaan terhadap guru tentang bagaimana memanfaatkan bahan
lokasi perpustakaan sebagai sumber untuk memperkaya materi pembelajaran
dan menggalakkan majalah dinding dan
pemanfaatannya untuk memperkaya koleksi perpustakaan.
[3] Dalam
pelaksanaan supervisi ini pendekatan yang digunakan adalah supervisi klinis,
yaitu: a) guru mengemukakan masalah yang dirasakan kepada pengawas atau kepala
sekolah, b) diskusi bersama antara supervisor dengan guru untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah, c) guru mencoba mengatasi masalah dalam praktik,
sedangkan supervisor dengan cermat mengadakan pengamatan, d) sesudah selesai
kegiatan mengatasi masalah tersebut, diadakan diskusi lagi untuk membicarakan
hasil.
[4] Ada
baiknya jika tembusan laporan juga dapat dibaca oleh guru disupervisi agar
mereka puas mengetahui bahwa pembinaan terhadap dirinya tersebut juga diketahui
oleh kepala dinas yang bersangkutan. Selain itu langkah demikian ini merupakan
suatu pertanda adanya keterbukaan antara sekolah dengan guru. Lihat Arikunto, Suharsimi,
Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta:
Rineka Cipta,2004. Hal. 98.
[5] Lihat Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: CV. Rajawali, 1990. Hal.172.
[6] (Dalam
kasus ini terjadi rentetan kejadian. Masalah yang timbul yang berhubungan
dengan pengajaran ternyata sebagai akibat dari masalah yang ada pada keluarga
ruangan. Masalah yang kedua ditemukan ini justru yang harus dipecahkan dulu,
baru dapat terpecahkan masalah pertama yang menyangkut pengajaran).
[7] Untuk
mengatasi masalah penjaga ruangan supervisor harus mencoba mendaftar beberapa
alternative pemecahan, kemudian dengan menggunakan langkah-langkah dalam
prosedur pemecahan masalah, dipilihlah salah satu alternative pemecahan. Kalau
sudah terpecahkan masalah penjaga ruangan, untuk kasus ini permasalahan
supervisi sudah selesai. Tahap implementasi dan tahap evaluasi, merupakan
tahap-tahap untuk pemecahan masalah penjaga ruangan, sekaligus masalah-masalah
pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar